"Tolong..tidak sanggup..mau pergi.. Kesini..ke rumahku"
Send to many. Beberapa orang membalas. Aku lupa, siapapun mereka, terimakasih.
Lagi, dan lagi, aku lupa. Bagaimanapun itu terjadi, menjelang malam aku terbangun dan tidak merasakan apa-apa pada tubuhku.
"Mami..pusing..mau ke RS"
Balasan sms dari beliau "ke Grestelina"
Aku meminta tanteku mengantarkan ke rumah sakit yang sangat dekat dari rumahku. But WTF! Dia mengemudikan mobil menuju rumah pacarnya! Gosh!!!! and i felt soooo high!
Aku berada di dalam mobil saat dia turun. Aku pindah ke kursi pengemudi, menjalankan mobilku beberapa centimeter akhirnya tanteku kembali ke mobil dan!!! membawaku pulang ke rumah. Again WTH!
"Kiko..kiko..k rmhku..ke RS. Help"
and i cant hardly handled myself.
Beberapa saat aku sudah terbaring di UGD. Aku tidak melihat siapapun disana kecuali Kiko. Jarum infus langsung ditusukkan. Aku tidak merasakan apa-apa. Kiko sepertinya sedang sibuk mengurus administrasi. Beberapa saat membuka mata, tanteku yang satu lagi sudah berada di samping kiriku. Kembali aku menutup mata. Blank.
-dari cerita mereka aku baru tau ternyata Ka Beby dan Dara datang ke UGD juga saat itu-
Saat terbangun lagi, aku bingung, aku tidak tau waktu. Pagi siang sore atau malam, aku tidak tau. Yang aku liat, tanteku sudah duduk disamping tempat tidur, lalu berkata
"mami papi datang malam ini'
Oh tidak! Jangan. Bukan ini maksudku. Aku bodoh, merepotkan semua orang.
"Ngapain..ga usah. Bilang sama mami"
"Tapi tiketnya udah ada"
Damn. Aku kemballi menyesal. Perbuatan bodoh apa yang baru saja aku lakukan?
Kamar 308 penuh dengan keluargaku, tapi aku tidak tau pasti siapa saja saat itu yang berada disana. Oh aku lupa kapan ketiga temanku -Kiko, Ka Beby, Dara- pulang, terimakasih kepada mereka juga belum sempat :(
Sepertinya kamu menelfon? Ah, aku benar-benar tidak sanggup untuk bicara. Sebenarnya aku ingin..aku rindu..rindu kamu..rindu suaramu. Tapi aku terlalu lemah untuk menyadarkan diri.
Aku cuma berkata "tidak mau.." dengan lemah. Lalu dengan bodohnya mengirimkan sms memaki kepadamu. Aku tidak ingin terlihat lemah. Tidak, aku tidak lemah.. Kamu harus tau aku kuat, walaupun sebenarnya kamu...kamu tau aku. Kali ini tanteku yang mengambil alih. Setelah itu, dia cuma membisikkan ke telingaku bahwa kamu baru saja menelfon. Aku senang, lalu kembali memejamkan mata.
Siang itu mereka datang, Kiko dan kawan-kawan, aku tidak tau pasti siapa saja mereka berlima. Karena aku hanya terbaring tanpa membuka mata sekalipun, mereka akhirnya pulang.
Terbangun tengah malam karena mendengar suara aneh. Suara lelaki seperti mengeram, kesakitan -begitulah, tiba-tiba napasku sesak. Tubuhku susah bergerak. Astagfirullah..Astagfirullah..
Melihat sekeliling, dua orang nenekku telah tertidur dengan lelap. Aku ragu untuk menuju kamar mandi yang hnya beberapa meter dari tempat tidurku, sendirian. Tapi aku juga merasa kasian untuk membagunkan mereka, atau salah satu diantara mereka.
Buli-buli ku tertekan. Urin ku mendesak keluar. Aku memutuskan sendiri buang air kecil. Satu tanganku memegang infus. Setelah semua selesai, aku kembali ke tempat tidur dan menyadari darahku mengalir ke selang, membeku, infus tidak bisa mengalir.
Kepalaku mulai menjadi-jadi peningnya. Aku menelfon perawat di tengah malam itu. Dengan mata merah, wajah yang sepertinya baru bangun, si suster melipat selang, lalu meluruskannya, begitu di ulang-ulangnya terus. Darah tetap tidak berpindah. Dia mengeluaran spoit, menyedot darah membeku di selang infusku, lalu memasukkan cairan itu kedalam venaku. Ah...perih
Dua hari yang berat seperti itu. Tiap malam selalu ada suara-suara aneh yang mengganggu. Hhhh..aku tidak bisa memikirkan apapun kecuali kepalaku yang semakin terasa berat. Infus diganti....lagi dan lagi.
Aku ingin keluar dari sini...aku mau pulang..

Tidak ada komentar:
Posting Komentar