Senin, 07 Juni 2010

Grestelina 308 #part1

Aku lupa bagaimana kejadian ini dari awal. Ugha malam itu yang membawa mobilku pulang ke rumah.
"*# !! Diam bodoh! Jangan kaya begitu! Diam!!"
Tangannya terasa sangat kuat menahan tanganku yang tiba-tiba membuka pintu mobil.
tidak ada yang aku fikirkan selain kamu! Aku ingin kamu! Aku ingin mengejarmu!
Dimanapun kamu! Aku sayang kamu!
Bruk!Bruk!Bruk! Gantian kakiku yang memberontak sekarang. Ugha menghentikan mobil berusaha menahan -tindakan apapun yang akan aku lakukan-
Oh, aku pun tidak tau apa yang akan ku lakukan
Aku hanya mau saat itu juga menemuimu. Meyakinkan kamu, aku sayang..aku sayang..

Sampai di rumah dengan keadaan sangat berantakan. Tanteku-dan pacarnya hanya memandang saat aku melewati ruang tamu menuju kamarku yang berada di lantai atas. Mereka mengalihkan pandangan pada sosok yang megikutiku beberapa langkah dibelakang.
Ugha.
Dan aku tidak tau apa yang merka bicarakan sampai akhirnya adikku mengantarkan Ugha pulang. Lalu aku memutuskan menelan anti-depressant. Sebutir. Okay. Cukup membantu.
Tapi tetap tidak bisa menghentikan tangisanku

Aku...mulai pusing
Aku harus menghubungimu. Dengan keadaan seperti ini, entah kejadian apa yang akan terjadi di jalan apabila aku mengemudi sendiri.
Pulsa! Aku menelfonmu.
Aku senang kamu mengkhawatirkan keadaanku. Tapi aku...pusing. Aku sangat pusing. Aku lupa mengapa bisa sampai di rumah.

Aku tidak masuk kuliah. Kepalaku terlalu berat. Aku lupa urutan kejadian cerita ini. Yang aku ingat, "yang".
Panggilan "yang" itu yang membuat aku kembali gila di kamarku sesaat setelah menelfon nomer Indonesia pukul 7 pagi itu. Sayang dinding kamarku tidak begitu kuat menahan suaraku.
Pagi itu, aku terbaring diam dan menangis. Nenekku menghampiri
"kenapa nak? sakit? ada masalah?"
Menjawab pun sepertinya aku tidak mampu, hanya gelengan kepala dan airmata itu kembali menetes dalam diam.
Ibumu, menelfonku. Meyakinkan kalau yang kamu lakukan -apapun itu- hanya untuk mengujiku. Tapi aku tau kamu! Aku tau! Kalau saja aku bisa aku juga ingin meyakini diriku agar percaya ucapan ibumu. SAYANG, tidak cukup ampuh.

Sekali lagi aku bilang, aku lupa urutan ceritanya. Bahkan jam nya, aku mengalami disorientasi waktu. Entah bagaimana. Aku memutuskan untuk menambah anti-depressant.
Satu..glek
Satu lagi..glek.
Aku lupa..aku lupa.
Saat tersadar aku menemukan diriku tergeletak dengan posisi membungkuk aneh di lantai..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar